Sejarah Singkat
Sejarah awal Korea berkisar di sekitar kerajaan kuno Choson yang muncul
sekitar 2.300 tahun sebelum Masehi. Pada sekitar abad ke-2 sebelum Masehi,
bangsa Cina mendirikan koloni di daerah kerajaan tersebut. Namun, lima abad
kemudian, bangsa Korea mengusir mereka keluar. Sejak itu, muncul sebuah
kerajaan, yaitu kerajaan Silla. Kerajaan Silla (668 – 935) membawa puncak ilmu
pengetahuan dan budaya yang besar. Akibat adanya kerusuhan yang terjadi di
dalam negeri pada abad ke 10, dinasti Silla jatuh dan digantikan oleh dinasti
Koryo. Selama periode kepemimpinan dinasti Koryo (935 – 1392), Korea mengalami
banyak serbuan. Tentara Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan menyerbu dan
akhirnya menguasai Korea sehingga Korea menjadi bagian kekaisaran Mongol.
Setelah runtuhnya Mongol pada akhir abad ke-14, berbagai golongan bangsawan
dan militer berusaha memegang kekuasaan di Korea . Akhirnya, seorang jenderal
yang bernama Yi Sung-Gy menghilangkan pemerintahan yang korup dan mendirikan
dinasti Yi (1392 – 1910). Ibu kota negara dipindahkan dari Kaesong ke Seoul .
Namun, Korea masih tetap terancam oleh Cina dan Jepang yang ingin menguasai
Korea untuk memperluas wilayah mereka. Setelah serangan yang gagal dari Jepang
pada tahun 1592 – 1598, Korea jatuh di bawah kekuasaan Manchu dari utara.
Beberapa abad berikutnya, Korea menutup diri dari pergaulan dunia menjadi
negara pertapa. Pada tahun 1800-an, Rusia, Jepang, dan Cina bersaing untuk
menguasai Korea . Setelah perang Rusia – Jepang pada tahun 1904 – 1905, Jepang
bergerak ke semenanjung Korea dan mendudukinya pada tahun 1910. Pada tahun
1919, penduduk Korea mengadakan demonstrasi secara damai karena menginginkan
kemerdekaan. Pada tahun 1945, di akhir perang dunia II, tentara Uni Soviet
menduduki bagian utara Korea sedangkan tentara Amerika di bagian selatan. Uni
Soviet dan Amerika kemudian membuat kesepakatan, Korea dibagi sejajar dengan
garis lintang 38˚. Pada bagian selatan berdirilah Republik Korea , sedangkan di
daerah utara didirikan Republik Demokratik Rakyat Komunis. Pada tanggal 25 Juni
1950, tentara Korea Utara menyerang Korea Selatan dalam upaya menyatukan Korea
dibawah kekuasaan komunis. Korea Utara yang memakai persenjataan yang
disediakan oleh Uni Soviet menang atas Korea Selatan. Atas bantuan PBB, Korea
Selatan diselamatkan dari kekalahan dan pertempuran pun diakhiri dengan
gencatan senjata pada bulan Juli 1953. Sejak saat itu, berbagai perundingan
yang dilakukan untuk menyatukan Korea selalu gagal dan hingga saat ini kedua
negara, Korea Utara dan Korea Selatan selalu berseteru.
Suku Bangsa
Bangsa Korea atau Orang Korea adalah salah satu suku bangsa besar yang
mendiami wilayah Asia Timur. Sebagian besar orang Korea tinggal di Semenanjung
Korea. Orang Korea Selatan menyebut rakyat mereka Hangukin (한국인) atau
sederhananya 한인/ Han in untuk orang Korea Selatan yang tinggal di luar negeri atau Hanguk
saram (한국 사람). Sedangkan rakyat Korea Utara menyebut orang mereka dengan Chosŏn in
atau Chosŏn saram (조선 사람) Choson artinya Negeri setenang pagi hari.
Orang Korea dipercaya merupakan keturunan ras Altaik atau proto-Altaik yang
masih berkaitan dengan orang Mongol, Tungusik dan orang Turkik serta banyak
suku dari Asia Tengah yang lain. Bukti arkeologi menduga bangsa Korea tua
(Proto Korea) adalah para pendatang Altaik dari Siberia Tenggara (sekarang
wilayah Rusia) yang datang berturut-turut di masa peralihan dari zaman neolitik
(zaman batu baru) menuju zaman perunggu.
Walaupun selama waktu yang lama sejak masa prasejarah bangsa Korea telah
banyak bercampur dengan bangsa lain di Asia Timur, sebagian besar orang Korea
memiliki bukti dari asal mereka sebagai bangsa Altai, postur tubuh yang tinggi,
hidung yang mancung, tulang pipi yang tinggi dan adanya bintik mongol, yaitu
tanda genetik kebiru-biruan pada bagian bawah tubuh yang tersisa hanya pada
masa kanak-kanak.
Bahasa
Hangeul merupakan sebuah sistem simbol yang dirancang oleh Raja Sejong
(1397-1450) dari Dinasti Joseon sebagai abjad bahasa Korea. Saat pertama kali
Raja Sejong menyusun Hangeul, abjad ini terdiri dari 28 karakter, yaitu 17
konsonan dan 11 vokal. Huruf vokalnya dibuat berdasarkan filosofi “Tiga
Komponen Dasar Kehidupan”, yaitu Surga, Bumi dan Manusia. Saat ini, huruf yang
lazim digunakan terdiri dari 40 karakter, yaitu 10 vokal tunggal, 11 vokal
ganda, 14 konsonan tunggal dan 5 konsonan ganda. Hangeul juga dianggap sebagai
bahasa tulisan yang paling sistematik dan scientific di dunia.
Dalam bahasa Korea terdapat dua sistem penulisan angka (bilangan), yaitu
Korea asli dan Sino Korea. Bilangan Sino Korea diambil dari sistem angka Cina
dan dipakai untuk menyatakan tahun, bulan, hari, menit dan lain-lain. Sedangkan
bilangan korea asli digunakan untuk penghitungan objek yang jumlahnya kurang
hingga 99 karena bilangan korea asli hanya sampai angka 99, jika lebih dari 99,
maka sino korea akan digunakan. Bilangan korea asli biasanya dipakai untuk
menyatakan jumlah orang, jam, umur, buku, dan lain-lain.
Kehidupan
Masyarakat tradisional Korea memilih tempat tinggal berdasarkan geomansi.
Orang Korea meyakini bahwa beberapa bentuk topografi atau suatu tempat memiliki
energi baik dan buruk (dalam konsep eum dan yang) yang harus diseimbangkan.
Geomansi memengaruhi bentuk bangunan, arah, serta bahan-bahan yang digunakan
untuk membangunnya.
Rumah menurut kepercayaan mereka harus dibangun berlawanan dengan gunung
dan menghadap selatan untuk menerima sebanyak mungkin cahaya matahari. Cara ini
masih sering dijumpai dalam kehidupan modern saat ini.
Rumah tradisional Korea (biasanya rumah bangsawan atau orang kaya) dipilah
menjadi bagian dalam (anchae), bagian untuk pria (sarangchae),
ruang belajar (sarangbang) dan ruang pelayan (haengrangbang).
Besar rumah dipengaruhi oleh kekayaan suatu keluarga.
Rumah-rumah ini memiliki penghangat bawah tanah yang disebut ondol
yang berfungsi saat musim dingin.
Orang-orang Korea suka mengadakan pesta selamatan rumah baru, baik oleh
orang yang baru pindah atau bagi pasangan yang baru menikah. Pesta ini dinaman
Jibdeuri. Mereka biasa mengundang saudara, teman dekat dan sejumlah tetangga ke
rumah baru tersebut . Para tamu biasanya membawa tisu toilet, sabun deterjen
dan korek api. Alasannya yaitu :
Tisu toilet melambangkan bahwa segala sesuatu akan berjalan mulus seperti
tisu toilet yang larut dalam air.
Sabun deterjen melambangkan harapan agar tuan rumah dilimpahi uang sebanyak
busa sabun deterjen.
Korek api melambangkan harapan agar tuan rumah cepat kaya seperti cepatnya
api menyala.
Taman korea adalah bentuk atau rancangan taman tradisional khas Korea.
Walau taman Korea amat dipengaruhi konsep taman Tiongkok, rancang bangunnya
memiliki keunikan tersendiri.
Karakterisitik taman Korea adalah kesederhanaan, alami dan tidak dipaksakan
untuk mengikuti suatu aturan khusus. Dibanding taman Tiongkok dan taman Jepang
yang memiliki banyak elemen pelengkap karena konsep mengimitasikan pemandangan
asli, taman Korea mungkin lebih tampak kurang akan unsur pelengkap.
Taman Korea sangat mencolok dan sederhana karena selalu terdapat kolam
teratai dengan bangunan paviliun di dekatnya. Kolam dihubungkan dengan aliran
alami yang bagi orang Korea sangat indah untuk dipandang.
Taman-taman yang terkenal:
Poseokjong dan Anapji, taman dari Silla, terletak di Gyeongju
Huwon, yang berada di dalam kompleks istana Changdeok di Seoul
Kebiasaan
Orang-orang Korea biasa memberikan salam saat perkenalan, sebelum makan,
sesudah makan, ketika berpamitan, ketika akan tidur dan lain-lain, dengan cara
menganggukkan kepala dan sedikit membungkukkan badan. Kepala ditundukkan
sekitar 30 sampai 60 derajat selama 2 hingga 3 detik. Ini dilakukan ketika
menyampaikan salam hormat kepada orang yang lebih tua atau dituakan. Semakin
dalam kita menundukkan kepala, berarti salam yang kita sampaikan semakin
hormat. Ungkapan maaf juga biasanya disertai gerakan menundukkan kepala.
Ketika pertama kali berkenalan, orang-orang korea akan memberikan tambahan
panggilan ‘ssi’, yang artinya saudara/saudari agar terdengar lebih sopan. Untuk
panggilan kepada orang yang lebih tua, biasanya digunakan panggilan
‘seonsaengnim’ yang artinya guru.
Tradisi
Ada sebuah tradisi / kebiasaan yang cukup terkenal di Korea. Tradisi ini
dinamakan “sesi custom”. Tradisi sesi dilaksanakan sekali setiap tahun. Sesi
adalah sebuah tradisi untuk mengakselerasikan ritme dari sebuah lingkaran
kehidupan tahunan sehingga seseorang dapat lebih maju di lingkaran kehidupan
tahun berikutnya.
Tradisi sesi dilaksanakan berdasarkan kalender bulan (Lunar Calender).
Matahari, menurut adat Korea , tidak menunjukkan suatu karakteristik musiman.
Akan tetapi, Bulan menunjukkan suatu perbedaan melalui perubahan fase bulan.
Oleh karena itu, lebih mudah membedakan adanya perubahan musim atau waktu
melalui fase bulan yang dilihat.
Dalam tradisi sesi, ada lima dewa yang disembah, yaitu irwolseongsin (dewa
matahari bulan dan bintang), sancheonsin (dewa gunung dan sungai), yongwangsin
(raja naga), seonangsin (dewa kekuasaan), dan gasin (dewa
rumah). Kelima dewa ini disembah karena dianggap dapat mengubah nasib dan
keberuntungan seseorang.
Pada hari di mana sesi dilaksanakan, akan diadakan sebuah acara makan malam
antar sesama keluarga yang pertalian darahnya dekat (orang tua dengan anaknya).
Acara makan wajib diawali dengan kimchi dan lalu dilanjutkan dengan
"complete food session".
Ada juga mitos lain dalam memperoleh keberuntungan menurut tradisi Korea,
antara lain “nut cracking” yaitu memecahkan kulit kacang-kacangan yang keras
pada malam purnama pertama tahun baru, “treading on the bridge” yaitu berjalan
dengan sangat santai melewati jembatan di bawah bulan purnama pada malam
purnama pertama tahun baru yang katanya dapat membuat kaki kita kuat sepanjang
tahun, dan “hanging a lucky rice scoop” yaitu menggantungkan sendok pengambil
nasi di sebuah jendela yang katanya akan memberi beras yang melimpah sepanjang
tahun.
Pakaian Tradisional
Pakaian tradisional Korea disebut Hanbok (Korea Utara menyebut Choson-ot).
Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk
laki-laki (baji) dan rok untuk wanita (Chima).
Orang Korea berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian
merupakan hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan
menikmati pakaian yang mewah dan perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak bisa
dibeli golongan rakyat bawah yang hidup miskin.
Dahulu, Hanbok diklasifikasikan untuk penggunaan sehari-hari, upacara dan
peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa
formal seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan
digunakan hanbok yang bernama Hwarot atau upacara kematian.
Saat ini hanbok tidak lagi dipakai dalam kegiatan sehari-hari, namun pada
saat-saat tertentu masih digunakan.
Kuliner
Bentuk kuliner Korea dipengaruhi oleh kebudayaan pertanian mereka. Makanan
pokoknya adalah beras. Hasil utama pertanian rakyat Korea adalah beras , gandum
dan kacang-kacangan. Hasil laut pun melimpah seperti ikan, cumi-cumi dan udang,
sebab Korea dikelilingi 3 lautan.
Kuliner Korea sebagian besar dibentuk dari hasil fermentasi yang sudah
berkembang sejak lama. Contohnya adalah kimchi dan doenjang. Makanan fermentasi
sangat berguna dalam menyediakan protein dan vitamin ketika musim dingin.
Di setiap session makanan, ketidakberadaan kimchi akan memberikan kesan
tidak lengkap.
Kimchi adalah suatu makanan yang biasanya merupakan sayuran yang rendah
kalori dengan kadar serat yang tinggi (misalnya bawang, kacang panjang, selada,
dan lain-lain) yang dimasak sedemikian rupa dengan bumbu dan rempah-rempah
sehingga menghasilkan rasa yang unik dan biasanya pedas. Dalam kenyataannya
(menurut hasil penelitian kesehatan WHO), jenis-jenis kimchi memiliki total
gizi yang jauh lebih tinggi dari buah manapun.
Hal yang membuat kimchi menjadi makanan yang spesial ada banyak faktornya.
Faktor pertama adalah pembuatannya. Kimchi (dihidangkan untuk acara-acara
spesial,) dibuat oleh wanita dari keluarga bersangkutan yang mengadakan suatu
acara dan hanya bisa dibuat pada hari di mana acara tersebut dilaksanakan.
Semakin banyak wanita yang turut membantu dalam pembuatan kimchi ini, semakin
“bermakna” pula kimchi tersebut. Kimchi juga merupakan faktor penentu
kepintaran atau kehebatan seorang wanita dalam memasak. Konon katanya, jika
seorang wanita mampu membuat kimchi yang enak, tidak diragukan lagi kemampuan
wanita tersebut dalam memasak makanan lain. Faktor ketiga adalah asal mula
kimchi. Kimchi pada awalnya dibuat oleh permaisuri dari Raja Sejong sebagai
hidangan untuk perayaan Sesi.
Beberapa menu makanan dikembangkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa
khusus seperti festival atau upacara seperti ulang tahun anak yang ke-100 hari,
ulang tahun pertama, perkawinan, ulangtahun ke-60, upacara pemakaman dan
sebagainya. Pada peristiwa-peristiwa ini selalu dijumpai kue-kue beras yang
berwarna-warni.Makanan kuil berbeda dari makanan biasanya karena melarang
penggunaan 5 jenis bumbu yang biasa dipakai seperti bawang putih, bawang merah,
daun bawang, rocambole (sejenis bawang), bawang perai, jahe serta daging.
Makanan kerajaan (surangsang) saat ini sangat terkenal karena sudah
dapat dinikmati seluruh lapisan rakyat.
Teh juga sangat akrab dengan orang Korea. Teh diperkenalkan di Korea dari
Tiongkok sejak lebih dari 2000 tahun lalu ketika agama Budha disebarkan. Teh
digunakan dalam upacara-upacara persembahan. Bentuk kebudayaan teh bangsa Korea
terukir dalam upacara teh Korea (Dado).
Festival
Negeri Ginseng Korea sangat menghargai pentingnya menjaga kekayaan budaya
dan sejarah lewat berbagai festival yang diselenggarakan sepanjang tahun.
Festival-festival ini menampilkan kecantikan Korea yang paham betul akan nilai
warisan sejarah dan budayanya. Festival-festival ini menjadi atraksi turis dan
sangat layak untuk dikunjungi dalam perjalanan ke Korea.
Banyaknya festival yang digelar di Korea sepanjang tahun, ini dikarenakan
Kalender Korea didasarkan pada kalender lunisolar. Dan banyak peristiwa yang diperingati
setiap tahunnya.
Kalender Korea dibagi dalam 24 titik putaran (jeolgi) yang
masing-masing terdiri dari 15 hari dan digunakan untuk menentukan masa tanam
atau panen pada masyarakat agraris pada zaman dahulu, namun pada saat ini tidak
digunakan lagi. Kalender Gregorian diperkenalkan di Korea tahun 1895, tapi
hari-hari tertentu seperti festival, upacara, kelahiran dan ulang tahun masihdidasarkan pada sistem kalender lunisolar.
Festival besar di korea, yaitu :
Seollal, imleknya Korea yang jatuh tepat bersamaan dengan tahun baru Imlek
di bulan Januari atau Februari.
Daeboreum, festival bulan purnama pertama
Dano, festival musim semi
Chuseok, festival panen raya atau festival kue bulan
Ada juga Festival yang diadakan setiap tahun di beberapa tempat di Korea,
yaitu :
Festival Lumpur Boryeong yang diadakan setiap bulan
Juli di Pantai Daecheon.
Selama festival, turis dari berbagai belahan dunia
datang ke Pantai Daecheon untuk menonton sebuah festival unik, merayakan
khasiat lumpur Boryeong. Para pengunjung bisa berpartisipasi dalam beberapa
aktivitas seperti gulat lumpur, meluncur di atas lumpur, berenang di kolam
besar berisi lumpur, dan bersenang-senang. Pada malam hari, keramaian pindah ke
arah pantai. Lengkap dengan musik dan kembang api, menjadikannya sebuah
festival menyenangkan dan ramah keluarga.
Festival Kunang-kunang Muju berlansung pada bulan Juni
di Sungai Namdaecheon.
Festival Kunang-kunang Muju adalah festival ramah
lingkungan untuk mengingat eksistensi kunang-kunang. Muju, tempat
berlangsungnya festival ini, adalah daerah pegunungan yang indah. Di Korea,
kunang-kunang hanya berasal dari sungai Namdaecheon di Muju.Kehadiran mereka
penting bukan hanya sebagai ukuran kelestarian lingkungan, tapi juga bagian
dari cerita rakyat di daerah sekitar sungai Namdaecheon. Berbagai acara dengan
tema kunang-kunang meramaikan festival sekaligus mendidik pengunjung akan
pentingnya hubungan antara manusia dan alam.
Festival Ginseng, diadakan setiap bulan September di
Kabupaten Goumsan.
Festival Ginseng, atau Geumsan Insam, adalah festival
utama di Kabupaten Geumsan, Provinsi Chuncheongnam-do. Kabupaten ini adalah
produsen terbesar ginseng di Korea, dan festival ini sengaja diadakan untuk
mempromosikan manfaat ginseng Geumsan. Di sana terdapat juga beberapa pameran
yang berhubungan dengan ginseng, penampilan musik rakyat, kontesmenyanyi dan
menari, dan pameran khusus untuk perdagangan ginseng internasional dan turis
asing.
Festival Budaya Hyoseok, digelar pada bulan September
di Desa Budaya Bongpyeong.
Festival Budaya Hyoseok mengombinasikan sastra dan
pariwisata. Festival ini diselenggarakan untuk memperingati Bongpyeong sebagai
tempat lahirnya Lee Hyo-Seok, novelis penting asal Korea. Rangkaian festival
ini berfokus pada salah satu cerpen Hyo-Seok yang paling terkenal, saat kembang
buckwheat bermekaran di Bongpyeong. Ada juga tur ke berbagai tempat yangdisebut dalam cerita pendek itu. Mungkin turis asing tidak akan sepenuhnya
menghargai makna historis dan budaya festival ini, meski begitu festival ini
tetap layak didatangi untuk menikmati keindahan alam Bongpyeong.
Festival Tari Topeng Andong diadakan setiap akhir
Septemberdi Hahoe.
Festival Tari Topeng Andong adalah yang terbesar di
Hahoe, biasanya diselenggarakan akhir September atau awal Oktober. Festival ini
menampilkan berbagai pertunjukan dari kelompok tari Korea atau internasional
yang mengangkat tema cerita rakyat tradisional. Tema festival berpusat pada
tari-tari topeng yang tujuannya menenangkan mahluk-mahluk gelisah di sekitar
Hahoe. Kini, festival ini bukan hanya menampilkan berbagai tari topeng
tradisional Korea, tapi juga tari-tari tradisional dari seluruh dunia.
Festival Gwacheon Hanmadang, diadakan dari bulan
September hingga Oktober di kota Gwancheon.
Setiap musim gugur di Kota Gwacheon, festival ini
adalah perayaan atas semangat seni jalanan. Hanmadang berarti "tempat
orang bisa berkumpul", dan memang itulah yang ditampilkan dalam festival,
berbagai penampilan pilihan di ruang-ruang publik seperti pinggir jalan utama,
panggung terbuka, dan banyak lagi. Macam penampilan yang bisa Anda nikmati
termasuk teater jalanan, drama Madang, atraksi sirkus, dan tarian jalanan.
Festival Lampion Jinju Namgang diadakan pada bulan
Oktober di kawasan pinggir sungai Namgang.
Parade lampion dengan warna-warna luar biasa memenuhi
sungai Namgang, tepat di seberang Benteng Jinjuseong dan Paviliun Chokseongnu.
Festival ini berawal dari pertempuran Jinjuseong pada masa paling menderita
dari invasi Jepang, sebelum kemudian berubah menjadi Festival Lampion.
Pemandangan spektakuler lampion yang berderet mengambang di sepanjang sungai
dan atraksi kembang api membuat festival ini populer di seluruh negeri.
Musik
Pertunjukkan musik tradisional Korea mementingkan improvisasi, berjalan terus-menerus,
serta sedikit jeda dalam setiap pertunjukkannya.Pansori contohnya, dapat
berlangsung sampai lebih dari 8 jam dengan hanya satu penyanyi.
Kontras dengan perbedaan alunan musik barat, sebagian besar pertunjukkan
musik tradisonal Korea dimulai dari gerakan (alunan) yang paling lambat sampai
paling cepat.
Musik Istana, Jeongak, pada zaman dahulu dipentaskan oleh masyarakat
kelas atas. Jeongak dimainkan dengan sangat lambat, dengan hanya satu ketukan
dalam setiap 3 detik. Ketukan ini diselaraskan dengan kecepatan nafas, sehingga
berasa statis (monoton). Alat musik yang digunakan dalam pementasan Jeongak
dibuat dari bahan alam, sehingga suaranya lembut dan tenang. Hampir semua alat
musik tiup dibuat dari bambu, sedangkan alat musik petik memiliki senar yang
dibuat dari sutra.
Pungmul adalah jenis musik rakyat Korea yang kencang dan
ekspresif. Pungmul dikategorikan dalam jenis minsogak atau musik rakyat
kebanyakan.
Alat musik tradisional Korea dapat dibagi menjadi alat musik tiup, petik
(memiliki senar), dan perkusi. Beberapa jenis alat musik tiup: piri,
taepyeongso, daegeum, danso, saenghwang dan hun. Alat musik petik: kayageum,
geomungo, ajaeng, serta haegeum.
Alat musik perkusi tradisional Korea sangat beragam, seperti kwaenggwari,
jing, buk, janggu, bak, pyeonjong, dan sebagainya
Tarian
Ada perbedaan dalam bentuk tarian antara rakyat kelas
atas (tarian istana) dan kelas rakyat biasa. Tarian istana yang umum contohnya jeongjaemu
yang dipentaskan dalam pesta kerajaan, ilmu yang dipentaskan dalam
upacara Konfusius. Jeongjaemu dibagi dalam jenis yang asli dari Korea (hyangak
jeongjae) dan jenis yang dibawa dari Tiongkok (dangak jeongjae).
Tarian lainnya adalah tarian Shamanisme yang dipentaskan oleh dukun dalam
upacara-upacara tertentu.
Kerajinan Tangan
Kerajinan tangan Korea umumnya dibuat untuk digunakan dalam kehidupan dan
kegiatan sehari-hari. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan khas
Korea umumnya metal, kayu, kain, tanah liat, kaca, kulit dan kertas.
Artefak kerajinan prasejarah seperti tembikar merah dan hitam memiliki
banyak kesamaan dengan tembikar Tiongkok kuno yang ditemukan di sekitar wilayah
kebudayaan Sungai Kuning .
Dalam masa dinasti Goryeo, pembuatan kerajinan yang menggunakan bahan
perunggu dankuningan (logam) berkembang pesat. Selain itu dinasti ini juga
terkenal akan kerajinan seladon (keramik)yang indah.
Pembuatan kerajinan pada masa Dinasti Joseon berkembang pesat yakni
kerajinan keramik, ukiran kayu, serta benda-benda furnitur.Kerajinan tembikar
berkembang pesat pada masa Tiga Kerajaan terutama di kerajaan Silla. Untuk
membuat seladon (cheongja) berwarna, digunakanlah proses deoksidasi, dimana
seladon dibakar dalam tungku yang dibuat khusus. Permukaan seladon dihiasi
dengan berbagai ukir-ukiran.
Seladon khas Dinasti Goryeo, yang berwarna giok hijau, sangat terkenal
hingga saat ini. Dinasti Joseon juga mengembangkan kerajinan keramik putihnya
(baekja). Beberapa dari keramik-keramik ini kini dijadikan harta nasional Korea
Selatan.
Hingga saat ini, keramik buatan Korea dikenal sebagai
keramik dengan kualitas yang palingbagus di dunia meskipun harganya yang cukup
mahal.
source :
http://karinarisaf.blogspot.com/2011/05/culture-of-korea.html
0 komentar:
Posting Komentar